Selasa, 08 Maret 2011

Kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia


Kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia
Mempersoalkan kualitas sumber daya manusia merupakan suatu hal yang
tidak mudah. Apalagi kita sebagai bangsa Indonesia, membicarakan kualitas
sumber daya Indonesia berarti membicarakan diri kita sendiri atau kita harus
berkaca diri. Kalau memang niatnya memang untuk berkaca diri, kita harus bisa
melihat realita. Kalau bagus ya bersyukurlah tetapi sebaliknya kalau tidak
memuaskan ya tidak perlu berkecil hati, apalagi mengumpat, ibaratnya buruk rupa
cermin dibelah.
Mempersoalkan kualitas sumber daya manusia paling mudah dilakukan
dengan melakukan perbandingan antar bangsa atau antar negara. Perbandingan
berdasarkan hal-hal yang bersifat kualitatif tidak begitu mudah dilakukan karena
hasilnya dapat bersifat subyektif. Perbandingan berdasarkan hal-hal yang
kuantitatif atau dapat diangkakan lebih mudah dilakukan. Perbandingan
berdasarkan hal-hal yang kuantitatif memberikan beberapa gambaran yang positif
tentang negara dan bangsa Indonesia, tetapi dalam waktu yang sama banyak
gambaran lainnya yang menempatkan Indonesia pada posisi yang sangat
memprihatinkan dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Perbandingan Antar-Bangsa
Perbandingan kualitas sumber daya manusia (KSDM) dapat ditinjau dari
segi tingkat kesejahteraan hidupnya yang secara langsung dapat diukur dari
tingkat pendapatan per kapita. Dari segi ini, ada bangsa-bangsa yang dapat
digolongkan sangat miskin dengan pendapatan per kapita tiap tahun dibawah
$1000,-US. Pendapatan per kapita ini temyata mempunyai korelasi yang amat
kuat dengan tolok ukur apapun yang dapat menggambarkan kesejahteraan, tingkat
* Disajikan pada acara Seminar dan Pameran Teknologi Informasi 2002, Fakultas Teknik, UNIKOM, 9 Juli 2002
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.01/01/2004
kemajuan dan tingkat keberdayaan suatu bangsa atau negara. Sifat korelasinya
boleh dikatakan merupakan hubungan lurus atau linear, tidak pandang tolok ukur
yang diperbandingkan. Dengan pendapatan per kapita di pasang pada sumbu
mendatar dan tolok ukur dipasang pada sumbu tegak , grafik hubungan antara
tolok ukur dan pendapatan per kapita merupakan hampir garis lurus, dengan
negara-negara miskin bergerombol di bagian kiri bawah, negara-negara kaya di
bagian kanan atas dan negara-negara menengah ada di bagian tengah. Cukup
menarik untuk mengamati bahwa negara-negara Amerika Utara, Eropa dan
beberapa negara penghasil minyak termasuk negara-negara yang amat kaya,
sedangkan sebagian besar negara-negara berkembang baik di Afrika dan di Asia
termasuk Indonesia merupakan negara-negara miskin.
Pengamatan sepintas seperti diatas mau tidak mau akan menimbulkan
pertanyaan yang sangat mendasar, yaitu: Kenapa suatu bangsa dapat menjadi
suatu bangsa yang kaya, kuat dan maju sedangkan bangsa lain tidak. Pertanyaan
selanjutnya adalah faktor-faktor apakah yang dapat mempengaruhi suatu bangsa
dapat menjadi bangsa yang kaya, kuat dan maju.

Perbandingan Antara Negara Kaya dan Miskin
Beberapa faktor dapat diperiksa apakah merupakan penentu kejayaan
suatu bangsa. Pertama jumlah penduduk, ternyata negara yang berpenduduk
terbesar di dunia, bahkan masih bisa digolongkan kedalam negara berkembang.
India dan Indonesia keduanya menempati urutan kedua dan keempat dalam
jumlah penduduk, juga merupakan negara berkembang dan bahkan dapat
dikatakan negara miskin. Jadi jelas bahwa jumlah penduduk bukan faktor penentu
bagi kejayaan suatu bangsa, karena Amerika Serikat yang merupakan urutan
ketiga ternyata memang menjadi negara terkaya dan terkuat didunia.
Faktor kedua yang dapat diperiksa adalah luas wilayah suatu negara. Rusia
(dulu Uni Soviet) mempunyai 1/6 dari luas permukaan daratan di bumi, tetapi
Rusia bukan negara kaya walaupun termasuk salah satu negara yang paling kuat
di bumi. Indonesia menguasai wilayah (darat+laut) yang sama luasnya dengan
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.01/01/2004
benua Eropa dan sama luasnya dengan daratan kontinental Amerika Serikat, tetapi
Indonesia termasuk negara miskin dan terbelakang. Sebaliknya negara-negara
yang berwilayah kecil dan juga berpenduduk tidak banyak, seperti Inggris,
Belanda, Jepang dan Korea merupakan negara-negara kaya atau sangat kaya. Jadi
jelas bahwa baik jumlah penduduk maupun luas wilayah suatu negara bukan
merupakan faktor penentu kejayaan suatu bangsa.
Faktor ketiga adalah kekayaan sumber daya alam. Dalam hal ini, Indonesia
dianugerahi kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah, tetapi kekayaan
sumber daya alam yang melimpah itu belum mampu mengangkat taraf
kesejahteraan rakyat Indonesia, bahkan sebaliknya rakyat Indonesia termasuk
yang termiskin di dunia. Sebaliknya beberapa negara yang sangat miskin sumber
daya alam seperti Korea, Taiwan, Jepang dan beberapa negara kecil di Eropa
kenyataannya dapat berkembang menjadi negara-negara yang sejahtera, maju dan
kuat.
Kalau baik jumlah penduduk dan luas wilayah, maupun kekayaan sumber
daya alam bukan merupakan faktor penentu untuk kejayaan suatu bangsa, dugaan
kuat mengarah pada kualitas sumber daya manusia, khususnya dalam
kemampuannya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia. Dalam hal ini dapat diamati perbandingan
yang amat mencolok antara negara-negara kaya, maju dan kuat dengan negaranegara
terbelakang, miskin dan tidak berdaya. Negara-negara kaya hanya
memiliki 20% dari penduduk di bumi tetapi menguasai 80% dari pendapatan
global, sebaliknya negara-negara miskin walaupun memiliki 80% dari penduduk
bumi hanya menguasai 20% dari pendapatan global. Dari segi penguasaan
wilayah, negaranegara kaya menguasai 40% dari permukaan bumi, sedangkan
negara-negara miskin menguasai 60% sisanya. Perlu dicatat bahwa lebih dari 50%
penduduk bumi hidup di negara-negara paling miskin di dunia dengan pendapatan
kurang dari 1 $ US per kapita per hari. Dinegara-negara miskin, 30 anak tiap
menit meninggal karena penyakit yang sebenarnya mudah disembuhkan, dan 130
juta anak hanya mendapatkan anggaran pendidikan setiap tahun yang tidak lebih
dari harga satu kapal selam nuklir. Sementara itu, di negara-negara maju setiap
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.01/01/2004
menit dihabiskan anggaran sebesar 1,3 juta dolar hanya untuk pengembangan
persenjataan untuk perang.
Keberdayaan negara-negara maju dibandingkan dengan ketidakberdayaan
negaranegara miskin dapat dilihat dari segi kemampuan mengembangkan dan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Negara-negara maju memiliki
90% dari ilmuwan, sedangkan negaranegara miskin hanya memiliki 10% sisanya.
Sebagian besar ilmuwan di negara-negara maju langsung berkiprah dalam
kegiatan inovasi yang produktif, sedangkan ilmuwan di negara-negara miskin
sebagian besar hanya terlibat dalam kegiatan administratif, manajemen dan
pendidikan yang pada umumnya tidak produktif dari segi pengembangan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keperkasaan negaranegara maju
dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat pula dilihat
dari anggaran penelitiannya, negara-negara maju mengerahkan 98% dari total
anggaran penelitian seluruh dunia, sedangkan negara-negara miskin hanya mampu
menyediakan 2% saja. Apabila dilihat dari anggaran penelitian per kapita, negaranegara
maju menunjukkan angka yang 300 kali lebih tinggi dari negara-negara
miskin. Dari segi persen anggaran belanja yang disediakan untuk mendukung
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, negara-negara maju
mengerahkan 2,5-3,0% anggarannya, negara-negara menengah antara 1-2%,
sedangkan Indonesia sebelum krisis moneter, diperkirakan tidak lebih dari 0,2%
saja. Sesudah krisis, diperkirakan tidak lebih dari 0,1 saja dari anggaran yang
dapat disediakan untuk mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan.

Faktor Penentu Kejayaan Suatu Bangsa
Dapatlah disimpulkan keberdayaan dalam mengembangkan dan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan faktor penentu dalam
kemampuan meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa. Kekayaan dalam sumber
daya alam ternyata tidak menjamin suatu bangsa dapat menjadi bangsa yang kaya,
maju dan kuat. Besarnya jumlah penduduk bukan pula merupakan faktor penentu.
Selama ini, negara-negara berkembang, terbelakang dan miskin sangat
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.01/01/2004
mengandalkan bantuan dari negara-negara kaya. Bantuan berupa program alih
teknologi, keberhasilannya akan sangat tergantung kepada kemampuan dalam
menyerap teknologi tersebut. Disamping itu, program alih teknologi akan terbatas
pada bidang teknologi madya, teknologi primitif yang sudah usang dan tidak akan
mencakup bidang teknologi strategis.

Kualitas Sumber Daya Manusia Sebagai Faktor Penentu
Perkembangan sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan setiap
bangsa sangat ditentukan oleh kemampuannya mengembangkan dan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini sangat tergantung pada
kualitas sumber daya manusia. Pengalaman menunjukkan bahwa bangsa-bangsa
yang hancur lebur selama perang dunia dapat dengan cepat bangkit lagi hanya
karena memiliki sumber daya manusia yang berkualitas sangat tinggi. Adalah
lebih mudah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dengan memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi yang bernilai tambah sangat tinggi
dibandingkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi rendah yang bernilai
tambah kecil. Selarna ini negara-negara berkembang dan miskin tetap
mengandalkan hasil-hasil tradisional seperti hasil pertanian, kehutanan, bahan
tambang, bahan mentah, industri padat karya atau industri primitif yang
memanfaatkan tenaga kerja yang murah. Sementara itu negara-negara kaya tetap
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang nilai tambahnya sangat tinggi.
Tidak terlalu sukar untuk memperkirakan gambaran perbandingan antara
negara-negara kaya dan miskin di masa depan. Negara kaya akan bertambah kaya
dan negara miskin akan makin menjadi lebih miskin. Sementara itu,
kecenderungan globalisasi yang akan makin deras, hasil bersihnya justru aliran
kesejahteraan dari negara-negara miskin ke negara-negara kaya dan bukan
sebaliknya. Dan negara-negara miskin akan makin tergantung pada bantuan luar
negeri dan makin terjebak pada hutang hutang luar negeri. Bahkan bidang
teknologi tertentu seperti bioteknologi akan mengancam kelangsungan hidup
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.01/01/2004
petani miskin di negara-negara berkembang yang masih berkutat dengan teknologi
pertanian yang primitif.

Pentingnya Pembinaan Kualitas Sumber Daya Manusia
Telah disinggung dimuka bahwa jumlah penduduk, luasnya penguasaan
wilayah dan kekayaan sumber daya alam bukan merupakan jaminan bagi
tercapainya kesejahteraan suatu bangsa, tetapi justru kualitas sumber daya
manusia merupakan faktor yang paling menentukan. Negara atau bangsa manapun
yang ingin meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, bahkan untuk sekedar
mempertahankan eksistensinya, harus berpikir keras untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia pada dasarnya
merupakan hasil proses regenerasi yang diwariskan secara turun temurun dan
hasilnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor keturunan (genetik) tetapi
juga oleh faktor-faktor lingkungan seperti: lingkungan geografis, lingkungan
budaya, lingkungan peradaban dan sebagainya. Inilah yang menimbulkan adanya
perbedaan yang nyata antara kualitas sumber daya manusia dari lingkungan yang
satu dan lingkungan lainnya.
Perlu diakui bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak seperti
yang kita harapkan. Oleh karena itu, dalam setiap hal, perlu sekali dipikirkan
pemilihan bibit unggul diantara sumber daya manusia yang ada dan selanjutnya
pembinaannya menjadi sumber daya manusia yang berdaya dan berguna. Perlu
diingat bahwa keunggulan suatu bibit yang mungkin diwariskan secara turun
ternurun saja belum juga merupakan jaminan mutlak untuk keberhasilan
pembinaannya menjadi sumber daya manusia yang berdaya dan berguna.
Keberhasilan pembinaan ini masih menuntut dimilikinya ciri-ciri kualitas
tambahan yaitu kemampuan dan kemauan kerja keras, sungguh-sungguh, tekun,
ulet, gigih, tidak kenal menyerah, pantang mundur, pantang putus asa dan
sebagainya. Barangkali, gabungan antara keunggulan bibit secara genetis dan ciriciri
kualitas tambahan yang disebutkan diatas yang merupakan jaminan bagi
keberhasilan pembinaan sumber daya manusia.
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.01/01/2004

Kesimpulan
Pengamatan sejarah perkembangan berbagai bangsa menunjukkan bahwa
kejayaan suatu bangsa tidak ditentukan oleh besarnya jumlah penduduk, luasnya
wilayah yang dikuasai, juga tidak oleh besarnya kekayaan sumber daya alam,
tetapi oleh kualitas sumber daya manusia. Tingkat kesejahteraan suatu bangsa
tampaknya sangat tergantung pada kemampuannya menguasai dan memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi dan hal ini ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusia.
Dewasa ini dapat diamati dengan jelas perbedaan yang amat mencolok
antara kesejahteraan dan keberdayaan dari bangsabangsa yang kaya, maju dan
kuat dengan negara-negara yang miskin, terbelakang dan tidak berdaya. Satusatunya
jalan keluar bagi bangsa-bangsa yang tertinggal adalah untuk lebih
memikirkan pembinaan kualitas sumber daya manusianya. Perlu diingat bahwa
kualitas sumber daya manusia adalah sesuatu yang diwariskan secara turun
temurun. Walaupun demikian keberhasilan pembinaannya tidak hanya tergantung
pada faktor keunggulan bibit secara genetis, tetapi masih memerlukan ciri-ciri
kualitas tambahan yaitu kemauan dan kemampuan untuk bekerja keras, sungguhsungguh,
tekun, ulet, gigih, tidak kenal lelah, tidak kenal menyerah, pantang
mundur dan putus asa.

1 komentar: